by Aminah, M.Psi., Psikolog
Pernahkah kamu merasa tubuh tegang terus-menerus, mudah kaget, atau mimpi buruk berulang tentang hal yang sudah lama berlalu?
Kadang orang mengira itu hanya stres biasa. Tapi, bisa jadi tubuh dan pikiran kamu sedang menyimpan trauma.
Trauma bukan sekadar kenangan buruk. Ia meninggalkan jejak pada pikiran, emosi, bahkan tubuh. Gejala ini disebut gejala pascatrauma.
Mari kita kenali bersama.
1. Selalu Siaga Berlebihan (Hyperarousal)
Bayangkan ada “alarm bahaya” yang terus menyala di kepala.
● Mudah panik atau kaget terhadap suara kecil.
● Susah tidur karena tubuh seakan terus berjaga.
● Mudah tersulut marah atau agresif.
● Sulit percaya pada orang lain, selalu curiga.
2. Kenangan yang Mengganggu (Intrusion)
Seperti ada “film lama” yang terus diputar tanpa bisa dikontrol.
● Ingatan atau mimpi buruk muncul berulang, terasa nyata.
● Flashback yang membuatmu seperti kembali ke masa trauma.
● Anak-anak kadang mengekspresikan lewat permainan atau perilaku yang meniru
trauma.
3. Menghindar dan Mati Rasa Emosional (Constriction)
Sebagian orang merespons dengan menarik diri dan mematikan emosi.
● Menghindari tempat, orang, atau pembicaraan yang mengingatkan pada trauma.
● Sulit merasakan emosi bahagia, sedih, atau cinta terasa jauh.
● Ekspresi wajah datar, tampak tidak tertarik.
● Kadang muncul amnesia terkait bagian dari peristiwa traumatis.
● Dalam kondisi berat, muncul pikiran menyalahkan diri sendiri atau keinginan
mengakhiri hidup.
4. Saat Trauma Berbicara Lewat Tubuh (Somatisasi)
Trauma juga bisa muncul dalam bentuk keluhan fisik.
● Jantung berdebar tanpa sebab jelas.
● Perut sakit, pusing, atau otot menegang.
● Hasil medis sering normal, tapi rasa sakitnya nyata.
5. Dipengaruhi Budaya dan Konteks
Menariknya, cara trauma muncul bisa berbeda di tiap budaya. Ada yang lebih banyak
menunjukkan gejala fisik, ada juga yang menekankan pada emosi atau pikiran.
6. Bukan Semua Stres = Trauma
Penting diingat: tidak semua stres otomatis disebut trauma.
Diagnosis Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) selalu terkait dengan peristiwa yang benar-benar traumatis. Jadi, kalau kamu mengalami gejala di atas, sebaiknya jangan
buru-buru menyimpulkan sendiri, lebih baik diskusikan dengan tenaga profesional.
Kapan Perlu Mencari Bantuan?
Jika gejala ini bertahan lama, mengganggu tidur, pekerjaan, atau hubungan dengan orang
lain, itu tanda kamu tidak perlu menghadapinya sendirian.
Konseling dengan psikolog dapat membantu:
● Mengurai apa yang sebenarnya terjadi.
● Menemukan cara sehat mengelola gejala.
● Membantu tubuh dan pikiran merasa aman kembali.
Penutup
Stres adalah bagian dari hidup. Tapi ketika stres terasa terus menghantui, bisa jadi itu adalah trauma yang belum sembuh.
Menyadari gejala ini bukan berarti kamu lemah. Justru itu langkah awal untuk merawat diri. Dengan bantuan yang tepat, luka lama bisa dipulihkan, dan kamu berhak untuk merasa aman dan tenang kembali.
Jika kamu merasa relate dengan gejala di atas, jangan ragu mencari bantuan. Konseling bisa menjadi jalan pulang menuju diri yang lebih tenang.
Catatan: Artikel ini bertujuan sebagai informasi umum dan edukasi. Ia tidak menggantikan proses asesmen atau diagnosis profesional. Jika gejala terasa berat, sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga kesehatan jiwa.
Referensi:
Irwanto & Kumala, H. (2020). Memahami trauma: Dengan perhatian khusus pada masa
kanak-kanak. Gramedia Pustaka Utama.

Leave a Reply